calendario

Kamis, 07 Maret 2013

kisah nabi nuh as sang rasul pertama


Kisah Nabi Nuh 'Alaihissalam Sang Rasul Pertama

Kisah Nabi Nuh 'Alaihissalam Sang Rasul Pertama, Pelajaran akan pentingnya Tauhid, meneladani Kesabaran dakwah Seorang Rasul dan asal muasal penyembahan manusia terhadap patung-patung berhala.

Nama dan nasab Nabi Nuh 'Alaihissalam

Beliau 'Alaihissalam bernama Nuh bin Lamak bin Mattusylikh bin Khanuk -beliau adalah Nabi Idris 'Alaihissalam- bin Yard bin Mahla'il bin Qainan bin Anusy bin Syits bin Adam Abul Basyar 'Alaihissalam. Beliau lahir 126 tahun setelah wafatnya Nabi Adam sebagaimana yang disebutkan Ibnu Jarir Ath-Thabari dan selainnya. Sementara menurut sejarah ahli kitab, jarak antara kelahiran Nuh dan kematian Adam adalah 146 tahun yaitu antara keduanya dipisahkan 10 abad. Hal ini dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan Al-Hafizh Ibnu Hibban, dari sahabat Abu Umamah, ia berkata bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, "Wahai Rasul, apakah Adam itu termasuk seorang Nabi?" Beliau bersabda, "Benar." Laki-laki itu bertanya lagi, "Berapa jarak antara Adam dengan Nuh?" Rasulullah bersabda, "10 abad." Ibnu Hibban berkata bahwa riwayat ini sesuai syarat Imam Muslim namun ia tidak meriwayatkannya. [HR Ibnu Hibban no. 6190; Ath-Thabrani (Mu'jam Al-Kabir no. 5745); Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Ash-Shahihah no. 2668].

Disamping itu dalam Shahih Bukhari diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Antara Adam dan Nuh terdapat jarak 10 abad, semuanya (beragama) Islam." [Asy-Syaikh Abdullah At-Turki, pentahqiq kitab berkata bahwa ia tidak mengetahui riwayat ini dalam Shahih Bukhari, tetapi diriwayatkan Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam Tafsir (29/99) dari jalan Ikrimah]. Jika yang dimaksud abad disini adalah seratus tahun, maka jarak antara keduanya adalah seribu tahun tetapi tidak dapat dinafikan pula bahwa jaraknya lebih dari itu berlandaskan apa yang dikatakan Ibnu Abbas dengan menyertakan kata Islam dalam riwayat tersebut, yaitu bisa jadi ada jarak beberapa abad bahwa mereka tidak dalam keadaan Islam tetapi hadits Abu Umamah menandakan bahwa hanya terbatas pada 10 abad. Selain itu Ibnu Abbas menambahkan bahwa semuanya sudah memeluk Islam. Maka ini membantah perkataan ahli sejarah dan ahli kitab bahwa Qabil dan lainnya menyembah api. Dengan demikian, generasi sebelum Nuh berumur panjang. Allahu a'lam.

Nabi Nuh Diutus Allah Kepada Para Penyembah Berhala

Nabi Nuh 'Alaihissalam diutus Allah Ta'ala pada saat umat manusia menyembah berhala dan thaghut. Selain itu umat manusia memerintahkan kepada kesesatan dan kekafiran, maka Allah Azza wa Jalla mengutus Nabi Nuh sebagai bentuk rahmatNya. Beliau adalah seorang Rasul pertama yang diutus ke bumi sebagaimana yang dikatakan oleh para ahli Mahsyar pada hari kiamat [Lihat Shahih Muslim hadits no. 292, Kitab Iman]. Nama kaum Nuh adalah Bani Rasib sebagaimana yang menjadi pendapat Ibnu Jarir Ath-Thabari dan yang lainnya.

Para ulama dan ahli sejarah berbeda pendapat tentang pada usia keberapakah Nabi Nuh diutus sebagai Rasul, rinciannya sebagai berikut : - Ada yang berpendapat, beliau diutus pada saat berusia 50 tahun.

  • Ada yang berpendapat pada saat berusia 350 tahun. 
  • Ada pula sebuah riwayat yang mengatakan dia diutus pada usia 480 tahun. Berbagai pendapat ini disebutkan oleh Ibnu Jarir dan dia menyandarkan pendapat yang ketika kepada Ibnu Abbas.

Asal-Muasal Penyembahan Berhala Pada Kaum Nabi Nuh

Allah Ta'ala berfirman :

لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ قَالَ الْمَلأ مِنْ قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي ضَلالَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ أُبَلِّغُكُمْ رِسَالاتِ رَبِّي وَأَنْصَحُ لَكُمْ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ وَلِتَتَّقُوا وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ فَكَذَّبُوهُ فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا عَمِينَ 

"Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat). Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata". Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam". "Aku sampaikan kepadamu amanat-amanah Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui". Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertakwa dan supaya kamu mendapat rahmat? Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya)." [QS Al-A'raaf : 59-64].

Di awal sudah disebutkan bahwa jarak antara Adam dan Nuh adalah 10 abad, semuanya berada di atas Islam. Kemudian setelah abad-abad yang lurus itu maka terjadilah berbagai masalah hingga akhirnya keadaan umat manusia di zaman itu pun berubah kepada penyembahan berhala. Adapun sebabnya adalah seperti apa yang difirmankan oleh Allah Ta'ala :

وَقَالُوا لا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلا سُوَاعًا وَلا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا 

"Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa', yaghuts, ya'uq dan nasr". [QS Nuh : 23].

Ibnu Abbas menafsirkan ayat ini bahwa yang dimaksud oleh ayat ini adalah nama-nama orang shalih dari kaum Nabi Nuh 'Alaihissalam. Demikianlah yang diriwayatkan Imam Bukhari dari jalan Ibnu Juraij, dari Atha'. [HR Bukhari no. 4566, Kitab Tafsir, Bab Tafsir Surat Nuh : 23]

Ketika orang-orang shalih itu telah wafat, syetan mengilhamkan kepada kaum mereka untuk membuatkan berhala-berhala mereka di majelis tempat mereka biasa beribadah dan menamakannya dengan nama-nama mereka. Maka kaum pun melakukannya, tetapi berhala-berhala itu belum disembah melainkan setelah mereka semua wafat dan ilmu pun telah hilang, terjadilah penyembahan berhala-berhala oleh kaum tersebut. Ibnu Abbas berkata, berhala-berhala yang ada pada kaum Nabi Nuh ini juga ada pada berhala bangsa Arab jahiliyyah. Demikianlah yang dikatakan Ikrimah, Adh-Dhahhak, Qatadah dan Ibnu Ishaq.

Imam Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Urwah bin Az-Zubair bahwa ia berkata, "Wadd, Yaghuts, Ya'uq, Suwa' dan Nasr adalah keturunan Nabi Adam. Wadd adalah orang yang paling tua dan yang paling ta'at kepada Allah Ta'ala. [HR Ibnu Abu Hatim (At-Tafsir no. 18996)].

Ibnu Abu Hatim berkata, disebutkan Yazid bin Al-Muhallab di hadapan Abu Ja'far Muhammad Al-Baqir. Al-Baqir berkata, "Sesungguhnya dia mati terbunuh di sebuah daerah yang di dalamnya terjadi penyembahan selain Allah untuk pertama kali." Kemudian ditanyakan padanya tentang Waddan, Al-Baqir menjawab, "Dia seorang lelaki muslim, sangat dicintai kaumnya. Ketika ia wafat, mereka mengelilingi kuburannya dan meratap disana. Lalu datanglah iblis melihat kesempatan ini dengan berwujud sebagai manusia, ia berkata kepada mereka, 'Aku mendengar ratapan kalian, apakah kalian mau aku gambarkan wajahnya sehingga bisa kalian kenang?' Mereka menjawab, 'Ya, kami mau.' Kemudian iblis pun menggambarkannya. Mereka pun meletakkan gambar tersebut di majelis agar mereka mudah mengingatnya. Iblis pun melanjutkan tipuannya, 'Apakah kalian mau aku buatkan patung hingga bisa kalian letakkan di rumah-rumah kalian untuk dikenang?' Mereka menjawab, 'Ya, kami mau.' Maka Iblis pun membuatkannya untuk setiap pemilik rumah satu berhala." [HR Ibnu Abu Hatim (At-Tafsir no. 18997), didalam perawinya ada Abu Al-Muthahhir. Syaikh Al-Albani berkata bahwa dia tidak dikenal dan Ad-Daulabi tidak mencantumkannya dalam Al-Kuna wa Al-Asma'].

Dari sini dapat kita ambil pelajaran bahwa semua berhala ini disembah oleh sekelompok manusia. Dengan semakin bergulirnya zaman, gambar-gambar itu pun mereka personifikasikan menjadi berhala yang berjasad agar tampak lebih nyata kemudian setelah itu mereka menyembah berhala tersebut dan menyekutukan Allah Ta'ala, metode ibadah mereka pun sangat beragam.

"Sembahlah Allah, Jauhilah Berhala dan Thaghut"

Ketika Allah Ta'ala mengutus Nuh 'Alaihissalam, beliau menyeru kaumnya untuk beribadah dan menyembah kepada Allah Ta'ala semata, tidak beribadah kepada selainNya seperti berhala, patung dan thaghut. Beliau menyeru agar kaumnya mengesakan Allah, tiada Tuhan yang berhak disembah selain

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ 

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." [QS An-Nahl : 36].

Kemudian firmanNya :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ 

"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". [QS Al-Anbiya' : 25].

Nabi Nuh 'Alaihissalam menyeru dan berdakwah kepada kaumnya dengan berbagai macam cara, siang, malam, baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, terkadang dengan targhib (motivasi), terkadang dengan tarhib (ancaman), semua karena beliau ingin agar kalimat Tauhid tegak di muka bumi, namun tidak pernah berhasil, bahkan sebagian besar kaumnya tetap berada dalam kesesatan dan kekafiran dengan terus beribadah kepada patung dan berhala. Para pemuka kaum Nuh dan rakyatnya yang kafir malah mengancam Nabi Nuh dan mengancam siapa saja yang beriman kepada Nuh dengan rajam dan pengusiran. Allah Ta'ala berfirman :

قَالَ الْمَلأ مِنْ قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي ضَلالَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ 

"Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata". Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam". [QS Al-A'raaf : 60-61].

Ibnu Katsir berkata, maksud ayat ini adalah, aku bukanlah seorang yang sesat sebagaimana yang kalian sangka bahkan aku berada di atas petunjuk yang lurus, seorang utusan dari Allah, Tuhan semesta alam. Namun kaum Nabi Nuh dan para pemukanya berkata kepada Nabi Nuh sebagaimana firman Allah Ta'ala :

فَقَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلا بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ 

Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". [QS Huud : 27].

Ibnu Katsir berkata, perkataan kaum Nuh, "Yang lekas percaya saja," ini adalah celaan dan hinaan kepada pengikut Nuh karena mereka mau saja menerima apapun yang dikatakan Nabi Nuh tanpa adanya perdebatan dan pertimbangan. Adapun perkataan kekafiran kaum Nuh untuk Nabi Nuh dan para pengikutnya adalah, "kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami," maksudnya adalah tidak terlihat jelas kelebihan kalian (Nabi Nuh dan para pengikutnya) setelah kalian memeluk Islam atas diri kami.

Nabi Nuh berkata kepada mereka sebagaimana firman Allah Ta'ala :

قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَآتَانِي رَحْمَةً مِنْ عِنْدِهِ فَعُمِّيَتْ عَلَيْكُمْ أَنُلْزِمُكُمُوهَا وَأَنْتُمْ لَهَا كَارِهُونَ 

"Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya?"[QS Huud : 28].

Inilah sikap lemah lembut Nabi Nuh 'Alaihissalam dan metode dakwah yang santun untuk mengajak umat manusia ke jalan kebenaran. Namun tetap saja kaumnya tidak mau mendengar perkataan beliau, bahkan mereka menyuruh Nabi Nuh untuk mengusir pengikut-pengikutnya yang terdiri dari orang-orang fakir dan kaum papa jika Nabi Nuh masih ingin tinggal di negeri itu. Nabi Nuh berkata :

وَيَا قَوْمِ مَنْ يَنْصُرُنِي مِنَ اللَّهِ إِنْ طَرَدْتُهُمْ أَفَلا تَذَكَّرُونَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ إِنِّي مَلَكٌ وَلا أَقُولُ لِلَّذِينَ تَزْدَرِي أَعْيُنُكُمْ لَنْ يُؤْتِيَهُمُ اللَّهُ خَيْرًا اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا فِي أَنْفُسِهِمْ إِنِّي إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ 

Dan (dia berkata): "Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?" Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): "Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang gaib, dan tidak (pula) aku mengatakan: "Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka". Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zhalim." [QS Huud : 30-31].

Nabi Nuh juga seorang manusia, maka beliau tidaklah mengetahui hal-hal ghaib melainkan sebatas yang diwahyukan Allah kepadanya. Dan beliau tidak akan bersaksi bahwa pengikutnya yang terdiri dari orang-orang fakir itu tidak memiliki kebaikan akan tetapi Allah Maha Mengetahui mereka dan mereka akan diganjar atas apa yang mereka lakukan. Allah Ta'ala berfirman :

قَالُوا أَنُؤْمِنُ لَكَ وَاتَّبَعَكَ الأرْذَلُونَ قَالَ وَمَا عِلْمِي بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ إِنْ حِسَابُهُمْ إِلا عَلَى رَبِّي لَوْ تَشْعُرُونَ وَمَا أَنَا بِطَارِدِ الْمُؤْمِنِينَ 

Mereka berkata: "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?" Nuh menjawab: "Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka kerjakan? Perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah kepada Tuhanku, kalau kamu menyadari. Dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman. [QS Asy-Syu'ara : 111-114].

Kaum Nabi Nuh Meminta Azab

Allah Ta'ala berfirman :

فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلا خَمْسِينَ عَامًا 

"Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun." [QS Al-Ankabut : 14]

Waktu terus bergulir namun perdebatan terus terjadi antara Nabi Nuh dengan kaumnya yang kafir. Bersamaan dengan masa yang lama ini (seribu tahun kurang lima puluh tahun), tidak ada yang beriman kepada Nabi Nuh 'Alahissalam melainkan hanya beberapa orang saja. Setiap satu generasi akan habis maka mereka mewasiatkan kepada orang-orang yang hidup setelahnya untuk tidak beriman kepada beliau, memerintahkan untuk memeranginya dan mengingkarinya. Maka, karakteristik kaum Nabi Nuh adalah kaum yang menolak kebenaran dan keimanan. Mereka meminta kepada Nabi Nuh untuk tidak memperpanjang bantahan, oleh karena itu mereka minta didatangkan azab jika memang beliau adalah orang yang benar. Perkataan mereka :

قَالُوا يَا نُوحُ قَدْ جَادَلْتَنَا فَأَكْثَرْتَ جِدَالَنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ قَالَ إِنَّمَا يَأْتِيكُمْ بِهِ اللَّهُ إِنْ شَاءَ وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ 

Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar". Nuh menjawab: "Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. [QS Huud : 32-33].

Nabi Nuh 'Alaihissalam bersedih karena pada akhirnya kaumnya tetap tidak mau beriman kepadanya dan mengikuti ajaran-ajarannya, malahan kaum yang kafir itu meminta untuk didatangkan azab. Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi Nuh :

وَأُوحِيَ إِلَى نُوحٍ أَنَّهُ لَنْ يُؤْمِنَ مِنْ قَوْمِكَ إِلا مَنْ قَدْ آمَنَ فَلا تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ 

"Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan." [QS Huud : 36]

Allah Ta'ala menghibur Nabi Nuh dengan memberitahukan bahwa kaumnya itu tidak akan ada yang beriman kecuali orang-orang yang memang telah beriman kepadanya, oleh karena itu tidak sepantasnya Nabi Nuh bersedih hati dan kecewa karena kemenangan yang telah dijanjikan itu sudah dekat, yaitu waktu untuk kedatangan azab yang memang telah diminta kaumnya.

Wahyu Allah Untuk Membuat Bahtera 

Allah Ta'ala berfirman :

وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ 

Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang yang lalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. [QS Huud : 37].

Sumber : Al-Bidayah wa An-Nihayah karya Al-Hafizh Imadudin Abul Fida' Ibnu Katsir dengan peringkasan

0 komentar:

Posting Komentar